Kesehatan Reproduksi Remaja:
|
Membangun
Perubahan yang Bermakna
|
Masa Remaja* diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,
munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali menghadapi risiko-risiko kesehatan
reproduksi. Kebutuhan akan peningkatan pelayanan
kesehatan dan sosial
terhadap remaja semakin
menjadi perhatian di
seluruh penjuru
dunia. Dipacu rekomendasi
dari hasil International Conference
on Population and Development (ICPD) tahun 1994 atau yang disebut dengan Konperensi
Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan (lihat kotak, halaman 2),
banyak organisasi di berbagai negara telah menciptakan berbagai program agar dapat lebih
memenuhi kebutuhan para remaja di bidang kesehatan
reproduksi. Meskipun untuk
memenuhi kebutuhan global, program
remaja yang ada masih sangat sedikit dan terbatas serta evaluasinya
masih belum memadai, namun ternyata banyak pelajaran yang dapat di petik dari proyek
perintis/percontohan dan upaya inovatif yang telah dilakukan di
berbagai wilayah mengenai
jenis kegiatan remaja, baik yang dapat
menghasilkan perubahan yang bermakna maupun yang tidak. Sekitar 1 milyar manusia hampir 1 di antara 6 manusia di bumi
ini adalah remaja; 85% di antaranya hidup di
negara berkembang. Banyak sekali
remaja yang sudah aktif secara seksual (meski tidak selalu atas pilihan sendiri), dan di
berbagai daerah atau wilayah, kira-kira separuh dari mereka sudah menikah.
|
Kegiatan
seksual menempatkan remaja pada
tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahun
kira-kira 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta
melakukan aborsi, dan hampir
100 juta terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat disembuhkan. Secara global, 40% dari semua kasus
infeksi HIV terjadi
pada kaum muda yang berusia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir
adalah, setiap hari ada 7.000 remaja terinfeksi HIV.
|
Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang saling berhubungan, misalnya
|
tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidak-
|
setaraan jender, kekerasan seksual dan pengaruh media
massa maupun gaya hidup yang populer. Remaja seringkali kekurangan informasi dasar mengenai kesehatan reproduksi, keterampilan menegosiasikan
hubungan seksual, dan
akses terhadap pelayanan
kesehatan reproduksi yang terjangkau serta terjamin kerahasiaannya. Keprihatinan akan jaminan kerahasiaan
(privacy) atau
|
kemampuan
membayar, dan kenyataan
atau persepsi remaja terhadap sikap
tidak senang yang
|
ditunjukkan oleh pihak petugas kesehatan, semakin
membatasi akses pelayanan lebih jauh, meski
|
pelayanan itu ada. Di samping itu, terdapat pula
hambatan legal yang berkaitan dengan pemberian
|
pelayanan dan
informasi kepada kelompok
remaja. Banyak di antara remaja
yang kurang atau
|
tidak memiliki hubungan yang stabil dengan orangtuanya
maupun dengan orang dewasa lainnya,
|
dengan
siapa seyogianya remaja dapat berbicara tentang masalah-masalah kesehatan
reproduksi
|
yang memprihatinkan atau yang menjadi perhatian
mereka.
|
* Menurut definisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara
|
PBB menyebut anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun.
Ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people)
|
yang mencakup usia 10-24 tahun.
|
Meskipun dihadapkan pada tantangan-tantangan di atas,
program
|
yang
memenuhi kebutuhan remaja akan
informasi dan pelayanan
|
untuk Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
|
dapat
membawa perubahan bermakna.
Program-program yang
|
International Conference on Population and Development
(ICPD)
|
berhasil
dapat membantu remaja
mengembangkan kemampuan
|
atau yang
disebut Konperensi Internasional
mengenai
|
perencanaan
hidup mereka, menghormati
kebutuhan dan
|
Kependudukan dan Pembangunan mendorong Pemerintah dan
|
keprihatinan kaum muda, dapat melibatkan masyarakat
dalam upaya
|
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengembangkan
|
mereka, serta memberikan pelayanan klinis yang dapat
menghormati
|
program yang tanggap terhadap masalah seksual dan
reproduksi
|
dan menjaga kerahasiaan kliennya. Artikel ini menelaah
aspek-aspek
|
remaja. Berbagai negara juga direkomendasikan agar
berupaya
|
yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi
remaja, mengulas
|
menghilangkan
hambatan hukum, hambatan
peraturan dan
|
program-program
yang telah dilakukan,
serta mengevaluasi
|
hambatan
sosial atas informasi
dan pelayanan Kesehatan
|
pelajaran
(lessons learned) yang
dapat di petik dari
pengalaman
|
Pelayanan dan kegiatan penting yang digaris
|
program-program tersebut.
|
bawahi, termasuk:informasi dan konseling KB;
|
Berbagai Risiko Kesehatan Reproduksi
|
pelayanan klinis bagi remaja yang aktif secara seksual
|
pelayanan bagi remaja yang melahirkan dan remaja
dengan
|
Kesehatan
reproduksi remaja dipengaruhi
oleh kehamilan,
|
aborsi,
penyakit menular seksual (PMS), kekerasan seksual, dan
|
konseling
yang berkaitan dengan
hubungan antar jender,
|
oleh sistem yang membatasi akses terhadap informasi
dan pelayanan
|
kekerasan,
perilaku seksual yang bertanggung-jawab, dan
|
klinis. Kesehatan
reproduksi juga dipengaruhi
oleh gizi, kesehatan
|
penyakit menular seksual; dan
|
psikologis, ekonomi dan ketidak-setaraan jender yang menyulitkan
|
pencegahan dan
perawatan terhadap penganiayaan
seksual
|
remaja putri menghindari hubungan seks yang dipaksakan
atau seks
|
(sexual abuse) dan hubungan seksual sedarah (incest).
|
Berbagai
kemajuan telah dihasilkan semenjak
ICPD tersebut.
|
. Di berbagai belahan dunia, wanita menikah dan
|
Sudah lebih banyak negara yang telah merumuskan kebijakan
|
melahirkan di masa
remaja mereka (lihat Tabel 1). Kehamilan dan
|
program yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi remaja.
|
persalinan
membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang
lebih
|
Dan telah lebih
banyak program yang
dikembangkan dengan
|
besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang telah
berusia 20
|
pendekatan terintegrasi, yang mengakomodasikan
pengaruh sosial
|
tahunan,
terutama di wilayah di
mana pelayanan medis sangat
|
terhadap perilaku. Di samping itu, semakin banyak
partisi pasi
|
langka atau
tidak tersedia (lihat Outlook, Volume 16 Januari 1999
|
remaja dalam mengembangkan dan mengevaluasi program,
dengan
|
Edisi Khusus: Keselamatan lbu). Remaja putri yang
berusia kurang
|
penekanan
baru pada lingkungan
program yang aman dan
|
dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko
kematian (maternal
|
mortality)
dibandingkan dengan wanita
yang telah berusia
18-25
|
tahun akibat
persalinan lama dan persalinan macet,
perdarahan
|
Kegawat
daruratan yang berkaitan dengan
|
Aborsi yang disengaja (induced abortion) seringkali
berisiko
|
kehamilan, misalnya
tekanan darah tinggi (hipertensi)
dan anemia
|
lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada wanita
yang lebih
|
(kurang darah) juga lebih sering terjadi pada ibu-ibu
berusia remaja,
|
tua.
Remaja cenderung menunggu lebih lama sebelum
mencari
|
terutama pada daerah di mana kekurangan gizi merupakan
endemis.
|
bantuan karena tidak dapat mengakses pelayanan
kesehatan, atau
|
. Kehamilan
yang tidak diinginkan
|
bahkan mungkin mereka tidak sadar atau tahu bahwa
mereka hamil.
|
pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi. Banyak
survei yang
|
Di berbagai negara, risiko ini menjadi berat di mana
aborsi hanya
|
telah dilakukan di negara-negara berkembang
menunjukkan bahwa
|
tersedia dalam keadaan yang tidak aman. Di Nigeria
misalnya, 50 -
|
hampir 60% kehamilan pada wanita di bawah usia 20
tahun adalah
|
70% wanita yang masuk rumah sakit akibat komplikasi
aborsi yang
|
kehamilan yang tidak diinginkan atau salah waktu
(mistimed).
|
disengaja, umumnya
mereka yang berusia
di bawah 20
tahun.
|
akhir tahun 1980-an di Kanada, Inggris, Selandia Baru
dan Amerika
|
Sebuah
telaah yang dilaksanakan di
sana selama 13
tahun,
|
Serikat menunjukkan bahwa 50% lebih dari semua aborsi
terjadi pada
|
menemukan
bahwa 72% kematian
ibu di sebuah rumah sakit
|
wanita di bawah
usia 25 tahun.
|
Di banyak
negara berkembang,
|
universitas,
terjadi pada wanita
di bawah usia
19 tahun dan
|
mahasiswi atau pelajar yang hamil seringkali mencari
pelayanan
|
disebabkan oleh komplikasi akibat aborsi yang tidak
aman.
|
aborsi agar mereka tidak dikeluarkan dari sekolah.
|
Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV
|
PMS dapat menyebabkan
masalah kesehatan seumur
hidup,
|
Tabel 1. Prosentase wanita berusia 20-24 tahun yang
|
termasuk
kemandulan dan rasa sakit
kronis, serta meningkatkan
|
risiko
penularan HIV. Sekitar 333
juta kasus PMS
yang dapat
|
melahirkan pada usia 20 tahun,
|
menurut wilayah dan negara
|
disembuhkan terjadi setiap tahunnya; dan data yang ada
|
menunjukkan bahwa sepertiga dari infeksi PMS di
negara-negara
|
Amerika Latin/Karibia 27-50%
|
berkembang terjadi pada mereka yang berusia 13-20 tahun.
|
Afrika Utara/Timur Tengah 13-41%
|
pedesaan Kenya misalnya, 41% wanita berusia 15-24
tahun yang
|
mengunjungi klinik Kesehatan lbu-Anak & KB
(KIA/KB) terinfeksi
|
PMS dibanding 16% dari seluruh wanita usia reproduksi.
|
Risiko
remaja untuk tertular
HIV/AIDS juga meningkat.
|
Perkiraan terakhir memperhitungkan bahwa 40% dari
infeksi HIV
|
terjadi pada
kaum muda berusia 15-24 tahun; 7.000 dari 16.000
|
kasus
infeksi baru yang
terjadi setiap hari.
Infeksi baru pada
|
Data dari tahun 1980-an dan 1990-an
|
Data dari Indonesia, .ili pina dan Thailand.
|
kelompok wanita jauh lebih tinggi dibanding pada pria,
dengan rasio
|
Kaum muda cenderung lebih berisiko tertular PMS, termasuk
|
Guatemala City menemukan bahwa 40% dari 143 anak
jalanan
|
HIV/AIDS
karena berbagai sebab.
Seringkali hubungan seksual
|
yang disurvei
melakukan hubungan seks
pertama dengan
|
terjadi tanpa
direncanakan atau tanpa diinginkan.
|
(Lihat faktor orang yang tidak mereka kenal; semua pernah
berhubungan seks
|
sosial budaya
di bawah ini ). Walaupun hubungan seks
dilakukan
|
demi uang,
semua pernah dianiaya
secara seksual, dan 93%
|
atas keinginan bersama ( mau sama mau ). Seringkali
remaja tidak
|
pernah terinfeksi penyakit menular seksual (PMS).
|
merencanakan
lebih dahulu sehingga
tidak siap dengan kondom
|
_ Di Thailand, di perkirakan 800.000 pekerja seks
komersial (PSK)
|
maupun kontrasepsi
lain, dan mereka yang belum berpengalaman
|
berusia di
bawah 20 tahun
dan dari jumlah ini,
200.000 di
|
berKB
cenderung menggunakan alat
kontrasepsi tersebut secara
|
antaranya berusia di bawah 14 tahun. Beberapa di
antara mereka
|
Lebih
lanjut, remaja putri
mempunyai risiko lebih
|
dijual
sebagai PSK oleh orangtuanya
guna menghidupi
|
tinggi terhadap
infeksi dibandingkan wanita
lebih tua karena
|
anggota keluarga yang lain.
|
belum matangnya sistem reproduksi mereka.
|
Female Genital Mutilation (FGM)
|
Tantangan Mengembangkan Program yang Efektif
|
Kelamin Wanita. Yang
dimaksud dengan .GM atau pemotongan
|
Program untuk
meningkatkan kesehatan reproduksi remaja
|
alat kelamin wanita
adalah pemotongan sebagian atau seluruh alat
|
menghadapi beberapa tantangan. Program harus dapat
memberikan
|
kelamin luar wanita maupun tindak perlukaan lainnya
terhadap alat
|
informasi
dan pelayanan klinis
yang tepat, sekaligus membantu
|
kelamin wanita. .GM merupakan praktek
tradisional yang sudah
|
remaja mengembangkan kemampuan membuat keputusan
maupun
|
berurat-berakar
yang berdampak sangat
parah dan berat terhadap
|
memperoleh keterampilan utama
yang lain. Program
juga harus
|
kesehatan
reproduksi remaja putri
atau wanita. Umumnya
|
memperhitungkan berbagai faktor yang
mempengaruhi pilihan
|
praktek
semacam ini dilakukan
di negara-negara Afrika.
|
remaja (misalnya norma budaya, pengaruh teman sebaya
dan media
|
Kebanyakan perempuan yang telah menjalankan .GM adalah
mereka
|
massa, serta
kesulitan ekonomi) dan mengembangkan strategi
|
yang tinggal di
salah satu dari 28 negara di Afrika; sekitar
2 juta
|
program
yang mampu menjawab kebutuhan remaja.
Selain itu
|
remaja putri menjadi
korban praktek ini setiap tahunnya.
|
program
juga harus mampu
membangun masyarakat dan
|
trauma
psikologis yang dialami saat
pemotongan, .GM dapat
|
menggalang dukungan politis bagi kegiatan-kegiatan
yang berpusat
|
mengakibatkan
infeksi, perdarahan hebat dan
shock. Perdarahan
|
yang tidak terkontrol ataupun infeksi, dapat
mengakibatkan kematian
|
Penyediaan pelayanan klinis
|
. Pelayanan klinis kesehatan
|
dalam waktu
beberapa jam atau beberapa hari.
Beberapa bentuk
|
reproduksi remaja
paling baik dilakukan oleh petugas yang
telah
|
.GM dapat
menyebabkan rasa sakit kronis setiap kali melakukan
|
terlatih menghadapi masalah khas remaja dan mampu
memberikan
|
hubungan
seks, infeksi radang panggul yang berulang-ulang dan
|
konseling untuk remaja yang berkaitan dengan masalah
reproduksi
|
persalinan
lama maupun macet.
ICPD menyatakan bahwa
|
dan kontrasepsi yang dinilai sangat peka (lihat kotak
hal. 4). Dalam
|
.GM
merupakan pelanggaran hak
asasi manusia dan
mendesak
|
semua kegiatan intervensi, petugas harus
mempertimbangkan status
|
penghapusan kebiasaan tersebut.
|
perkawinan si remaja,
keadaan kesehatannya
secara keseluruhan,
|
. Penganiayaan seksual dan pemaksaan
|
serta seberapa besar kuasa yang mereka miliki dalam
hubungan seks.
|
seks
meningkatkan risiko kesehatan
pada remaja, demikian pula
|
Remaja
seringkali menyebutkan karakteristik berikut ini
sebagai
|
norma kultural yang berkaitan dengan jender dan
hubungan seksual.
|
hal yang
penting dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan mereka:
|
jaminan
kerahasiaan, lokasi dan
|
_ Di
berbagi negara, seperti
India, praktek per-
|
kawinan yang
diatur orangtua pada gadis di
ba-
|
lingkungan
yang bersahabat bagi
|
“Membatasi akses terhadap pendidikan
|
wah usia 14 tahun masih sangat umum.
|
remaja,
terbuka bagi remaja
putri
|
kesehatan seksual yang ditujukan untuk
|
_ Hubungan seksual terjadi pada gadis usia 9-12 tahun
|
menunda hubungan seks pertama dan
|
karena banyak pria dewasa mencari gadis muda se-
|
komponen
program konseling
|
mempraktekkan seks aman adalah
|
bagai pasangan
seksual untuk melindungi
diri
|
yang kuat, petugas
yang terlatih
|
pelanggaran terhadap hak anak. Anak-
|
mereka sendiri terhadap penularan PMS/HIV.
|
secara
khusus serta pelayanan
|
anak, baik perempuan maupun laki-laki
|
Di beberapa budaya, pria muda diharapkan untuk
|
klinis yang komprehensif.
|
perlu memahami bagaimana mereka
|
memperoleh pengalaman hubungan seks pertama
|
dapat membantu untuk mengambil
|
kalinya dengan
seorang pekerja seks komersial
|
Memberikan informasi
yang tepat
|
tanggung jawab atas hidup mereka
|
dan
relevan tentang kesehatan
|
sendiri - untuk melindungi diri sendiri
|
_ Remaja, terutama remaja putri seringkali dipaksa
|
reproduksi,
merupakan hal yang
|
dan orang lain dari HIV.”
|
berhubungan
seks. Di Uganda
misalnya, 40%
|
sangat
penting bagi program jenis
|
dari siswi sekolah
dasar yang dipilih
secara
|
apapun.
Pendidikan dan konseling
|
acak melaporkan telah dipaksa untuk berhubungan
|
yang berbasis
di klinik merupakan
|
hal yang terpenting dalam upaya ini,
|
Di
Sub-Sahara Afrika, pengalaman
hubungan
|
demikian
pula program yang berbasis
di sekolah (lihat
kotak hal.
|
seks
pertama bagi beberapa
remaja putri adalah
dengan
|
5). Jelas
sekali bahwa orangtua adalah sumber utama informasi,
|
Om Senang yang
memberikan mereka pakaian, biaya sekolah,
|
walau seringkali para orangtua merasa kurang punya
informasi, malu
|
dan buku-buku sebagai imbalan atas jasa seks yang
diberikan.
|
membahas topik ini dengan anak mereka, atau bahkan
tidak setuju
|
_ Di negara berkembang, jutaan anak hidup dan bekerja
di jalanan,
|
bila remaja mengutarakan minatnya untuk mengetahui
hal-hal yang
|
dan banyak di
antara mereka yang terlibat dalam seks
demi
|
berkaitan
dengan seksualitas. Pendekatan
gaya remaja seperti
|
bertahan
hidup (survival sex)
dimana mereka menukar seks
|
program
radio on-air di
mana remaja dapat
menelpon, sanggar
|
untuk memperoleh makanan, uang, jaminan keamanan
maupun
|
remaja (drop-in centers), majalah, telepon hotline juga merupakan
|
kontrasepsi Bagi Remaja yang Aktif Secara Seksual
|
Remaja yang meminta konseling kontrasepsi,
menginginkan konseling yang memberikan jaminan kerahasiaan, bersifat akurat,
tidak
|
menghakimi serta dalam suasana lingkungan yang nyaman
dan menyenangkan. Setiap klien yang meminta konseling kontrasepsi mempunyai
|
hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat
mengenai metode kontrasepsi, termasuk penggunaan yang benar, efek sampingnya
dan
|
bagaimana menghubungi petugas kesehatan yang punya
kepedulian.
|
Kondom jelas merupakan pilihan pertama bagi mereka
yang telah aktif secara seksual, terutama yang belum menikah dan/atau
mempunyai
|
pasangan tetap (monogamis). Kondom mencegah penularan PMS
dan HIV bila digunakan secara benar dan konsisten serta efek sampingnya
|
sangat kecil. Pantang berhubungan seks (abstinence)
perlu dibahas sebagai salah satu pilihan bagi mereka yang belum aktif secara
seksual
|
maupun yang sudah. Mereka yang memilih kontrasepsi
hormonal atau metode kontrasepsi lainnya disarankan untuk juga menggunakan
|
kondom apabila mereka berhubungan seks dengan
seseorang yang tidak diyakini bebas dari PMS. Pilihan kontrasepsi lain
mencakup berikut
|
.emale Barrier Methods termasuk kondom wanita,
diafragma, dan spermisida dapat juga
menjadi pilihan serta dapat memberikan
|
pelindungan tertentu terhadap PMS. Namun penerimaan
metode kontrasepsi tersebut dan cara penggunaannya dapat menjadi masalah.
|
Pil kontrasepsi darurat
(emergency contraception
pills) tidak melindungi terhadap
PMS, namun merupakan metode penting.
|
Penggunaannya 72 jam sesudah berhubungan seksual tanpa
pelindung (unprotected intercourse).
|
Pil KB tidak dapat mencegah PMS, tetapi merupakan
kontrasepsi populer di kalangan remaja putri di berbagai wilayah di dunia.
Cara peng-
|
gunaan yang benar serta konsisten dapat menjadi
masalah bagi beberapa remaja putri, terutama bila mereka mengalami efek
samping
|
hormonal seperti payudara nyeri dan naiknya berat
badan. Dengan demikian, konseling menjadi penting sebelum menggunakan pil KB.
|
Cara KB tradisional seperti sanggama terputus dan KB
alamiah tidak dapat mencegah PMS, namun tetap merupakan pilihan. Bahkan
|
mungkin, sanggama terputus merupakan satu-satunya
metode dalam situasi tertentu.
|
IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan
sterilisasi umumnya tidak dianjurkan bagi remaja. Metode yang hanya berisi-
|
progestin (seperti pil, susuk KB dan KB suntik) lebih
tepat bagi klien yang telah berusia di atas 16 tahun, karena keprihatinan
teoretis bahwa
|
progestin bisa berpengaruh terhadap perkembangan
tulang pada remaja putri.
|
Umumnya, remaja tidak merencanakan hubungan seks
terlebih dahulu serta juga tidak mengantisipasi akan adanya kesulitan dalam penggunaan kondom atau metode kontrasepsi lainnya.
|
mengembangkan
kemampuan praktis untuk
meningkatkan
|
mungkin merasa tidak ada gunanya merencanakan hari
depan dan/
|
kesehatan
mereka. Salah satu
pendekatan untuk menghadapi
|
atau
melindungi kesehatan mereka. Berbagai faktor
lain yang
|
mempengaruhi kesehatan dan perilaku remaja mencakup:
|
tantangan ini adalah program Pilihlah Sebuah Masa Depan yang
|
Kemiskinan, termasuk kekurangan gizi;
|
dilaksanakan di lima negara di Sub-Sahara Afrika.
Program tersebut
|
Kekacauan
politik, termasuk penduduk yang
tersingkir atau
|
menggunakan pelatihan,
permainan peran, kunjungan masyarakat,
|
dan cara-cara
lain guna meningkatkan keterampilan kesehatan,
|
termasuk bagaimana
mencegah penyakit menular seksual (PMS),
|
Tekanan kelompok sebaya dan pengaruh media;
|
Ketidaksetaraan jender dan eksploitasi seksual (lihat
hal. 3);
|
merumuskan tujuan dan meningkatkan komunikasi dengan
keluarga
|
Tuntutan masyarakat
mengenai kehamilan dan
melahirkan
|
dan teman. Kurikulum tersebut juga
membahas ketidaksetaraan
|
jender
yang mempengaruhi kesehatan
dan mempromosikan
|
tanggung jawab bersama antara pria
- wanita
|
Baru-baru
ini, sebuah artikel
menelaah
|
bagaimana
merumuskan strategi perencanaan
|
“Menerima kenyataan bahwa remaja
|
program
yang didasarkan pada
perbedaan
|
pendekatan ini adalah Kurikulum Keterampilan
|
juga adalah individu seksual tampak-
|
tingkat pengalaman seksual remaja
yang sedang dilaksanakan di
|
nya merupakan salah satu hal yang
|
berbagai sekolah lanjutan pertama di Kenya. Di
|
paling berat untuk diterima oleh
|
Menjamin program yang cocok atau
|
samping memberikan informasi tentang
PMS,
|
kebanyakan lapisan masyarakat”.
|
pertama-tama
harus mengidentifikasi secara
|
kehamilan
dan kontrasepsi, program tersebut
|
jelas
kelompok remaja yang bagaimana
yang
|
juga
melatih pendidik sebaya
untuk
|
akan dilayani
oleh programnya dan kemudian
|
memberikan
pendidikan AIDS berbasis
|
melibatkan kelompok remaja tersebut dengan cara yang bermakna
|
Mempertimbangkan sisi kehidupan remaja
|
guna
mengembangkan program tersebut.
Beberapa organisasi
|
misalnya International Planned Parenthood .ederation
(IPP.) telah
|
remaja atau kaum muda di seluruh dunia sebenarnya
dibentuk oleh
|
melakukan
hal ini dengan
membentuk Panel Penasehat
Remaja
|
situasi
dimana mereka hidup, Remaja
putri dengan pendidikan
|
untuk membantu membentuk ide-ide program. Proyek Anak
Jalanan
|
minim, atau
mereka yang tidak terdidik, mungkin
akan melihat
|
kawin muda dan melahirkan sebagai satu-satunya jalan
hidup mereka
|
yang diprakarsai oleh Badan Kesehatan Dunia bidang
Program untuk
|
Penyalahgunaan
Zat Adiktif, merekomendasikan agar organisasi
|
atau kelompok
yang bekerja dengan
anak jalanan untuk
terus
|
memantau
perubahan kebutuhan kelompok
sasarannya dengan
|
melakukan tiga
atau empat seri diskusi kelompok terarah (focus group discussion) setiap tahunnya.
|
Menggalang dukungan masyarakat
|
. Program untuk remaja
seringkali menghadapi kesulitan
untuk memperoleh
|
penerimaan masyarakat karena orang dewasa takut atau
kuatir bila
|
remaja memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan
reproduksi,
|
remaja justru akan terdorong menjadi aktif secara
seksual. Namun
|
hasil evaluasi berbagai program di berbagai negara
membuktikan
|
lain (lihat kotak di bawah ini). Berbagai program
telah membuktikan
|
bahwa menjelaskan tujuan program kepada para orangtua,
pemuka
|
agama dan tokoh masyarakat, serta mengundang mereka
berdiskusi
|
dengan remaja, dapat mengurangi tentangan atau
keberatan mereka
|
terhadap
program. Di Nyeri, Perkumpulan
Keluarga Berencana
|
Kenya membantu
orangtua mendekati anak-anak
mereka untuk
|
berbagi informasi mengenai kesehatan reproduksi, dan
mendorong
|
adanya diskusi seumur hidup mengenai kesehatan
reproduksi.
|
Uganda,
Program Pemantapan Kesehatan
Reproduksi Remaja
|
(Program for Enhancing Adolescent Reproductive Life/PEARL)
|
melibatkan
wakil pemerintah, LSM,
masyarakat, kaum muda dan
|
lainnya di dalam program untuk meningkatkan kesadaran
mengenai
|
masalah-masalah
yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi,
|
mendorong terjadinya advokasi dan menyediakan
pelayanan.
|
Pengalaman
menunjukkan bahwa kombinasi dari berbagai
|
pendekatan seringkali paling efektif dalam menjangkau
kelompok
|
remaja. Namun
hanya sedikit program
yang dievaluasi secara
|
Poster dari Tanzania ini menekankan tanggung jawab orang tua untuk
|
seksama berkaitan dengan dampak atau hasil akhirnya.
Oleh karena
|
mendidik anak-anak mereka mengenai kesehatan
reproduksi.
|
itu, menentukan
program seperti apa yang
paling efektif justru
|
Dari .amily Planning Association of Tanzania, 1995
|
Pentingnya Pendidikan — Termasuk Pendidikan
Seksualitas
|
Membantu remaja agar tetap bersekolah - dengan fokus
utama pada remaja putri - merupakan hal yang sangat penting bagi setiap upaya
|
untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja.
Pendidikan sekolah membantu kaum muda mengembangkan keterampilan dan
memperoleh
|
informasi yang dapat membantu mereka bertahan dalam
pasar kerja, dan memberikan mereka keterampilan yang lebih baik untuk merawat
|
kesehatan mereka sendiri dan kesehatan keluarga
mereka. Bersekolah juga membantu remaja putri untuk menunda perkawinan
dan kelahiran
|
anak pertama. Di Kolombia misalnya, 46% remaja putri
dengan pendidikan dasar (7 tahun) melahirkan pada usia 20, tetapi hanya 19%
|
remaja putri dengan pendidikan di atas 7 tahun
(setingkat SMP/SMU) yang melahirkan pada usia 20 tahun. Di Meksiko, wanita
tanpa
|
pendidikan dasar punya kemungkinan tiga kali lebih
besar untuk melahirkan pada usia tidak lebih dari 20 tahun, dan di Mesir,
kemungkinannya
|
adalah lima kali lebih besar.
|
Di berbagai negara, pendidikan seksualitas menjadi
bagian dari kurikulum sekolah untuk siswa-siswi yang lebih tua. Penelitian mengenai
|
dampak program pendidikan seksualitas pada remaja di
negara-negara maju menemukan bahwa program yang efektif:
|
Memfokuskan pada pengurangan perilaku yang berakibat
pada penularan PMS/HIV serta kehamilan yang tidak diinginkan.
|
Memberikan informasi dasar yang tepat dan akurat
mengenai berbagai risiko berhubungan seks yang tidak terlindung/tidak aman.
|
Mengajarkan remaja atau kaum muda cara menunda
hubungan seksual dan cara menggunakan kontrasepsi.
|
Mendiskusikan pengaruh sosial dan media terhadap
perilaku seksual.
|
Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
|
Mengembangkan model tentang cara menolak hubungan
seksual yang tidak diinginkan dan mendukung perilaku seksual yang
|
Membantu remaja memahami masyarakat dan
pengaruh-pengaruh lainnya.
|
Penelaahan terhadap 35 penelitian yang dilakukan di
negara maju maupun negara berkembang menyimpulkan bahwa pendidikan
seksualitas
|
berbasis sekolah tidak menyebabkan terjadinya hubungan
seks lebih dini dan juga tidak mengakibatkan bertambahnya kegiatan seksual
|
remaja atau kaum muda. Sebaliknya, justru separuh dari
program yang ditelaah memberikan bukti bahwa pendidikan seksual justru
berdampak
|
pada penundaan kegiatan seks dini, penurunan kegiatan
seks secara keseluruhan; dan bagi kalangan remaja yang sudah aktif secara
seksual
|
meningkatkan kegiatan pencegahan PMS dan penggunaan
kontrasepsi.
|
Program yang mendukung penundaan kegiatan seks yang
disertai
|
dengan pemberian informasi mengenai seks aman dan
kontrasepsi ternyata lebih efektif dibandingkan dengan program yang hanya
mendukung
|
abstinensi (tidak berhubungan seks). Program akan
sangat efektif bila diperkenalkan pada remaja berusia lebih muda dimana mereka
belum
|
aktif secara seksual.bcara Secara Terbuka: Forum Tanya Jawab Remaja
mengenai Masalah Kesehatan Seksual
|
Sejak 1993, The Straight Talk .oundation (Yayasan
Bicara Secara Terbuka) di Uganda telah mempublikasikan sebuah majalah khusus
bagi
|
remaja untuk menjawab keprihatinan remaja mengenai
kesehatan seksual dan reproduksi. Majalah Straight Talk diterbitkan setiap
bulan dan
|
didistribusikan ke seluruh sekolah secara nasional
dimana kelompok siswa-siswi mendiskusikan topik pada majalah tersebut. Pada
tahun 1998,
|
Straight Talk .oundation menerbitkan Young Talk,
majalah yang khusus ditujukan bagi anak-anak usia 10-12 tahun. Majalah Young
Talk ini memberikan
|
informasi bagi anak-anak tentang masalah-masalah yang
akan mereka hadapi di kemudian hari yang berkaitan dengan masalah
pertumbuhan/
|
perubahan tubuh dan pengaruh kelompok sebaya. Dengan
penekanan pada hak anak , termasuk hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan,
|
pendidikan dan keamanan, majalah ini juga mendidik
anak-anak mengenai cara menunda seks, menghindari situasi yang berisiko dan
menghindari
|
orang dewasa yang ingin mengeksploitasi mereka.
|
Para pembaca majalah Straight Talk bertukar pikiran
mengenai perasaan mereka dan menyampaikan banyak pertanyaan penting. Seperti
|
diungkapkan salah seorang siswa dari Kampala Bagi saya sangat menakutkan melihat begitu
banyak r emaja dewasa ini yang melakukan hubungan
|
seks yang tidak aman . Remaja lainnya mempertanyakan
tentang rumor antara lain Saya dengar
bahwa Pil KB dapat menyebabkan kanker atau
|
cacat pada bayi . Para dokter dan konselor menjawab
pertanyaan-pertanyaan ini dengan menekankan pentingnya menjaga harga diri,
menghargai
|
orang lain, dan melindungi kesehatan pribadi. Salah
satu masalah yang diangkat adalah kekerasan seksual, termasuk perkosaan oleh
pacar (date
|
rape) dan hubungan seks yang dipaksakan (coerced sex)
serta memberikan nasehat pada korban-korban kekerasan seksual. Kedua majalah
tersebut
|
menekankan bahwa absen seks (abstinence) adalah
perilaku yang paling aman bagi remaja, dan mendorong para remaja untuk aktif
dalam berbagai
|
kegiatan seperti olahraga, sebagai cara sehat untuk
berinteraksi dengan remaja lain. Bagi remaja yang telah aktif secara seksual,
ditekankan penggunaan
|
Straight Talk melibatkan remaja dalam diskusi mengenai
kesehatan dan membahas tekanan yang sering mereka hadapi atau rasakan
sehingga
|
memungkinkan terlibat di dalam perilaku berisiko.
Program kunjungan ke sekolah memungkinkan para remaja bertanya langsung
kepada konselor
|
maupun dokter. Straight Talk tersedia dalam bahasa
setempat dan juga disebarluaskan kepada remaja putus sekolah, serta menjalin
kerjasama
|
dengan program radio yang disiarkan dalam 3 bahasa.
Publikasi juga tersedia pada Website secara elektronik dan mendorong para
perencana
|
program untuk menggunakan materi-materi tersebut guna
mengembangkan program serupa di daerah lainnya.
|
Straight Talk dan program pencegahan PMS/HIV didukung
penuh di Uganda, dan studi evaluasi baru-baru ini menunjukkan bahwa kaum muda
|
di Uganda kini melakukan kegiatan seks yang aman dan
cenderung menunda kegiatan seksual mereka dibandingkan sepuluh tahun yang
lalu, dan
|
bahkan penularan HIV terus menurun terutama di
kalangan remaja
|
menjadi tantangan tersendiri. Berikut ini adalah
beberapa pendekatan
|
Sejak tahun 1978,
program ini telah
memungkinkan remaja putri
|
untuk melanjutkan sekolah sekalipun sedang hamil,
kembali ke
|
Pelayanan klinik berorientasi remaja
|
sekolah sesudah
persalinan, dan mencegah
terulangnya kehamilan
|
clinic services) adalah pelayanan yang cukup umum di
Amerika,
|
selama masa
remajanya. Selama mengikuti program, remaja putri
|
Eropa
Barat dan Amerika
Latin. Klinik-klinik ini
memberikan
|
meneruskan pendidikan
akademisnya, menerima informasi dan
|
berbagai
pelayanan sosial dan
klinis seperti kehamilan, konseling
|
pelayanan KB, belajar keterampilan untuk merawat
bayi/anak, serta
|
pencegahan PMS
dan pengetesan atau pemeriksaannya. Sebagai
|
menerima pelayanan perencanaan hidup.
|
contoh, pada
tahun 1990, rumah
sakit Maria Auxiliadora mulai
|
terhadap program tersebut menunjukkan bahwa hanya 1,4
% remaja
|
memberikan pelayanan bagi satu juta remaja di daerah
sekitar kota
|
putri yang dijangkau program mengalami kehamilan untuk kedua
|
Lima,
Peru. Rumah Sakit
tersebut membentuk 10 klinik
remaja
|
kalinya sebelum lulus sekolah atau sebelum mulai
bekerja
|
untuk
memberikan pelayanan dan
konseling pencegahan di luar
|
Program penjangkauan berbasis masyarakat
|
rumah
sakit. Keterkaitan antara PMS dan pelayanan kesehatan
|
(Community-based
outreach programs) adalah program penting,
|
reproduksi lainnya
tampaknya membuat
klinik-klinik ini lebih
|
terutama
bagi kelompok seperti
remaja putus sekolah,
remaja
|
jalanan, dan remaja putri yang memiliki kesempatan
terbatas untuk
|
(School-based clinics)
tersedia
|
keluar dari
lingkungannya. Proyek berbasis
masyarakat seperti ini
|
di beberapa
negara maju dan negara berkembang. Pelayanan yang
|
menggunakan
berbagai cara untuk
menjangkau remaja dimana
|
diberikan
bervariasi, tetapi minimum
mencakup pemantauan
|
mereka berkumpul untuk bekerja atau bermain. Sebagai
contoh, di
|
kesehatan
dasar dan pelayanan rujukan. Di
negara maju, klinik
|
Meksiko, para anggota
gang dilatih untuk menjangkau
kelompok
|
berbasis sekolah menyediakan kondom dan konseling yang
berkaitan
|
remaja putus sekolah, bekerjasama dengan Mexican
Social Security
|
dengan
kehamilan dan pencegahan PMS,
serta rujukan untuk
|
Institute
(IMMS) dan Perkumpulan Keluarga
Berencana Meksiko
|
berbagai
pelayanan lainnya sehubungan
dengan kontrasepsi dan
|
(MEX.AM). Sesudah mengikuti sesi pendidikan, para
anggota gang
|
kesehatan
reproduksi. Pelayanan klinik
seperti ini seringkali
|
yang
tertarik diundang untuk
bergabung dalam kelompok teater
|
mengundang kontroversi. Di negara
berkembang, klinik berbasis
|
untuk
mementaskan pertunjukan di
tempat umum maupun
di
|
sekolah
seringkali dibatasi oleh
adanya pembatasan kebijakan,
|
sekolah, agar dapat memberikan informasi kepada
kelompok sebaya
|
kekurangan
tenaga, kurangnya jaminan
kerahasiaan untuk
|
konseling, serta kurangnya jaringan kerja dengan
sumber daya yang
|
seperti Pramuka
dan perkumpulan olah-
|
raga juga terbukti
bermanfaat dalam memberikan
informasi
|
Pusat multi pelayanan remaja (Youth Center) sering
memberikan
|
kesehatan
reproduksi sebagai bagian dari
program yang berfokus
|
pelayanan
kontrasepsi sebagai bagian program
menyeluruh bagi
|
pada kesehatan dan kesejahteraan umum para anggotanya.
Sebagai
|
kaum muda, termasuk
pendidikan, rekreasi, dan
persiapan kerja.
|
contoh, di Kenya, Persatuan Olahraga Remaja Mathare (MYSA)
|
Salah satu
program yang berhasil
adalah Women s Center
for
|
sejak tahun 1987 memulai proyek bantu-diri yang melibatkan remaja
|
Pregnant Adolescents (Pusat Pelayanan Remaja Hamil) di
Jamaica.
|
putra dan putri dalam kegiatan pengembangan masyarakat
dan pada
|
waktu yang bersamaan juga menyediakan kesempatan
berolahraga.
|
Saat ini hampir 3.000 remaja putri berusia 10-18 tahun
terlibat dalam
|
program sepakbola masyarakat. MYSA kemudian
mengembangkan
|
program
tersebut dengan mencakup
pelatihan kesadaran akan
|
HlVdan bahkan telah memulai proyek kesetaraan jender.
Penelitian
|
di Amerika Serikat menemukan bahwa remaja putri yang
terlibat di
|
dalam kegiatan olahraga yang terorganisir, secara
mental dan fisik
|
menjadi lebih
sehat, dan tingkat
putus sekolahnya lebih rendah,
|
kepercayaan diri lebih baik, dan mempunyai tingkat
stres dan depresi
|
yang lebih rendah. Semua faktor tersebut membantu mereka
menjadi
|
lebih matang dalam membuat keputusan.
|
Program kesehatan di tempat kerja
|
sumber
penting bagi kaum
muda pria maupun
wanita. Sebagai
|
contoh,
sebuah program di
Thailand memberikan informasi
|
kesehatan reproduksi bagi pekerja
wanita yang tinggal
di asrama
|
tempat
kerja. Teman sebaya
yang telah dilatih
memberikan
|
penyuluhan menggunakan berbagai media populer seperti komik,
|
buku novel dan diskusi kelompok sebaya. Diskusi ini
memberikan
|
kesempatan kepada
peserta untuk belajar
dan mempraktekkan
|
keterampilan
khusus seperti bernegosiasi, merencanakan, dan
|
mengetahui
kesehatan seksual misalnya
dalam hal penggunaan
|
Kelompok kaum
muda termasuk remaja menghadapi
berbagai
|
risiko yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya -
kehamilan
|
dini dan kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang
tidak aman,
|
infeksi PMS/HIV, dan kekerasan seksual. Program yang
ditujukan
|
untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja perlu
memahami
|
risiko-risiko
ini dan mempertimbangkan berbagai faktor yang
|
mempengaruhi kehidupan
remaja. .aktor seperti,
apakah remaja
|
telah
memulai aktivitas seksual, apakah sudah
menikah, masih
|
Poster yang diproduksi oleh Pusat Program Komunikasi
John Hopkins
|
sekolah, atau
telah bekerja, menjadi faktor pertimbangan penting.
|
University tahun 1996, untuk Program Kesehatan
Reproduksi Wanita
|
Dampak
kemiskinan, ketidaksetaraan jender,
pembatasan undang-
|
Rusia, punya pesan sederhana berbunyi: Masa Muda sungguh indah.
|
undang serta
berbagai tuntutan budaya juga perlu diperhitungkan
|
Jangan bergantung pada kesempatan. Gunakan
kontrasepsi.
|
dalam merencanakan program kesehatan reproduksi
remaja.
|
memperoleh dukungan serta keterlibatan mereka dalam
program.
|
Program yang sukses, dapat memberikan pelayanan konseling
|
dan klinis yang dibutuhkan remaja, serta bertujuan
membantu kaum
|
Dengan adanya kebutuhan pelayanan kesehatan remaja
yang tumbuh
|
muda mengembangkan keterampilan untuk membuat pilihan
yang
|
begitu pesat, maka sangat penting bagi program yang
baru maupun
|
sehat. Program
seperti ini seyogianya
menghormati kebutuhan,
|
pengembangan
program dibuat berdasarkan
pengalaman program
|
keprihatinan dan
pemahaman kaum muda,
dengan melibatkan
|
yang sudah berhasil. Setiap kali dimungkinkan, program
harus terus
|
di pantau, dievaluasi dan didokumentasikan untuk
menjamin bahwa
|
mereka
dalam kegiatan perancangan
dan pelaksanaan program.
|
Program
yang berhasil, melibatkan dan bekerjasama
dengan
|
tantangan-tantangannya dipahami benar, dan
keberhasilannya dapat
|
orangtua,
kelompok masyarakat, serta
tokoh agama untuk
|
direplikasikan secara luas.
|
Perangkat Perencanaan untuk Meningkatkan Kesesuaian
Antara Kebutuhan dan Program
|
Berbagai studi menunjukkan adanya kesenjangan antara
program yang ada dengan kebutuhan kesehatan kaum muda di negara berkembang.
|
Sebuah artikel baru-baru ini menunjukkan bahwa, selain
mempertimbangkan perbedaan utama antara kaum muda, seperti misalnya jend er,
|
usia, dan status perkawinan, perencana program perlu
memulai dengan mengenal bahwa kaum muda berbeda dalam hal pengalaman seks.
|
Kaum muda dapat digolongkan dalam 3 kategori untuk
tujuan perencanaan: a) mereka yang belum aktif secara seksual; b) mereka yan
g
|
aktif secara seksual dan belum mengalami akibat buruk
pada kesehatan reproduksi (misalnya mengalami kehamilan yang tidak diingi
nkan
|
atau PMS); c) mereka yang aktif secara seksual dan
sudah punya pengalaman buruk dan mengalami konsekuensi yang tidak sehat.
|
Penggolongan berdasarkan pengalaman ini akan membantu
perencana program untuk menggunakan secara efektif sumber daya masyarakat
|
dan sumber daya klinis yang tersedia, termasuk
organisasi masyarakat, lokasi atau fasilitas rekreasi, klinik kesehatan
dan lain-lainnya.
|
Banyak remaja yang cenderung datang ke klinik sebagai
jalan terakhir; tetapi akan memanfaatkan program masyarakat yang menawark an
|
bantuan sehingga mereka dapat memperoleh keterampilan,
informasi kesehatan, konseling dan memperoleh kondom. Pelayanan klinik
|
yang bersahabat dengan gaya remaja dapat dibuat untuk
remaja yang membutuhkan perawatan kehamilan, perawatan PMS dan pelayanan
|
kesehatan reproduksi lainnya
|
|